Sekiranya
cinta itu jelas keadaannya. Ia nampak dan terlihat jelas. Mungkin tidak akan
ada yang tertipu dengan kata cinta. Sebab adakalanya mulut berkata cinta tapi
hati mendustakannya. Sering pula sikap-sikap itu ditunjukkan sebagai rasa cinta.
Tapi ternyata cinta kosong yang hanya wujud saat senang dan gembira. Ketika
duka melanda, tiba-tiba rasa cinta hilang dan sirna seketika. Cinta semu yang
berkembang saat bahagia menyapa saja. Tapi kalau susah dan sedih menimpa enggan
menunjukkan tanda-tanda cinta sebenarnya.
Susahnya
mengeja kata cinta. Padahal cinta itu anugrah yang mulia. Salah manusia yang
menempatkan cinta hanya di bagian-bagian kesenangan dan hura-hura saja. Tak ada
yang rela memberi cinta dalam keadaan luka merana. Padahal cinta itu bagian
penting yang tak boleh hilang pada saat dibutuhkan. Karena cinta selalu
dibutuhkan di ruang gelap atau terang. Cinta diperlukan untuk yang kaya dan
yang miskin. Cinta dibutuhkan untuk siapa saja. Cinta dibutuhkan untuk
segalanya.
Asal cinta itu
bersumber dari-Nya. Asalkan cinta benar-benar sesuai dengan petunjuk dan aturan
Allah 'Azza wa Jalla. Itulah cinta. Jangan cinta justru melawan aturan-Nya.
Bahaya besar pasti menghadangnya. Hati-hati dengan cinta. Karena salah cinta,
ujungnya hidup sengsara di neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar