selamat datang

TERIMA KASIH BANYAK TELAH MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK BERKUNJUNG DI BLOGSPOT KAMI<><<Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi para pengunjung Blogspot ini. Jangan Lupa Tinggalkan komentarnya ea :)

Senin, 24 Desember 2012

2 KUNCI MENGAMALKAN AL – QUR’AN




خير كم من تعلم القران و علمه {رواه البخاري}

Artinya :
Rasulallah SAW bersabdah : “Sebaik – baik kalian adalah orang yang belajar Al – Qur’an dan mengajarkannya”. {H.R. Bukhari }[1]
Al – Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, al – Qur’an merupakan sumber rujukan paling utama bagi umat Islam. Dan bagian dari rukun iman. Al – qur’an adalah pedoman hidup dan Rahmatan Lil ‘alamin. Artinya, barang siapa yang mengaku dirinya muslim, maka sudah sepantasnyalah dia mengamalkan apa – apa yang terdapat dalam al – qur’an.
Mengamalkan Al – qur’an adalah kewajiban bagi setiap muslim dan orang yang mengamalkannya akan terhindar dari kesesatan. Namun tidak sedikit orang islam yang mengalami kebingungan dari mana harus memulainya…? Mana titik tolak yang harus ditempuh ketika ingin segera mengamalkan Al – Qur’an…? Karena merasa kebingungan, tidak sedikit umat Islam yang akhirnya justru tidak mengamalkan Al – qur’an, sehingga jauh dari nilai – nilai Islam.

·         Dua kunci mengamalkan Al – Qur’an
DR. Yusuf Al – Qardhawi menyebutkan, paling tidak ada dua hal yang harus di tempuh umat islam agar dapat mengamalkan Al – Qur’an dengan baik dan benar.
Pertama kita harus memulainya dengan mengimani Al – Qur’an terlebih dahulu secara kaffah, menyeluruh, totalitas, tanpa tawar menawar. Tanpa iman kepada Al – Qur’an, maka dipastikan akan sulit mengamalkan isi Al – Qur’an. Iman kepada Al – Qur’an berarti beriman kepada seluruh kandungan yang ada didalamnya, yang berupa aqidah, ibadah, syariat, akhlak, adab, dan muamalah. Seorang muslim tidak boleh hanya mengambil sebagiannya saja, misalnya dia hanya mengambil bagian aqidah saja, namun menolak bagian ibadahnya, atau dia hanya mengambil syariat, namun menolak aqidahnya, dan seterusnya.

·         Beberapa contoh bukan kaffah
Mengenai hal ini, ada beberapa contoh kasus, di mana ada sebagian umat Islam yang mengimani sebagian ayat – ayat Al – Qur’an, namun menolak sebagian ayat – ayat lain. Misalnya mengenai ayat tentang kewajiban puasa Ramadhan, Allah SWT berfirman, “Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. {Q.S. Al – Baqarah : 183}.
Ketika mendengar ayat ini, maka seorang muslim mengatakan kami dengar dan kami taat. Mereka melaksanakan puasa Ramadhan. Namun ketika berhadapan dengan firman Allah SWT tentang qishash, “Hai orang – orang yang beriman diwajibkan atas kamu qishsas berkenaan dengan orang – orang yang di bunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang di beri ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af dengan caara yang baik pula…{Q.S. Al – Baqarah : 178}.
Mereka bimbang dalam melaksanakan hukum qishas. Bahkan menjadikan hukum ini sebagai bagian dari syarat Islamyang menyeramkan. Padahal ayat tentang qishas ini urutannya ada di empat ayat sebelum ayat tentang kewajiban berpuasa. Namun mengapa mereka hanya mengimani ayat tentang kewajiban berpuasa saja…? Lagi pula bentuk kalimat mewajibkannya juga sama dengan menggunakan. “Hay orang – orang yang beriman, di wajibkan atas kamu…… supaya kamu bertaqwa”.
Kasus lain yaitu tentang larangan Riba’, Allah SWT berfirman : “Hai orang – orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah Riba’ jika kamu orang yang beriman”. {Q.S. Al – Baqarah : 278}.
Umat muslimin percaya tentang ayat ini, namun ketika dalam pelaksanaanya, mereka berfikir lagi, bagai mana mungkin mendirikan Bank tanpa Riba’….? Adakah untungnya mendirikan Bank tanpa Riba’…? Padahal firman Allah SWT sudah jelas – jelas memerintahkan untuk meninggalkan Riba’. Akhirnya Allah memberikan pelajaran berharga kepada umat Islam, khususnya di Indonesia, ketika terjadi krisis moneter 1998. Ketika itu perekonomian Indonesia yang di bangun atas system dan praktek ribawi hancur berantakan. Semenjak itulah umat semakin sadar akan buruknya praktek riba’ dan mulai melirik kembali system ekonomi Islam. Sehingga Bank – bank syariah dan system ekonomi syari’ah bermunculan.
Begitu pula dengan ayat tentang ta’addud (poligami) yang terdapat dalam firman Allah S. An – Nisa’ : 3, para muslimah meyakini ayat ini, tentang dibolehkannya poligami sampai batas maksimal 4 istri, namun masi ragu dalam menerapkannya. Berbagai alasan dilontarkan ketika akan menghadapi hal ini.
Mengimani Al – Qur’an berarti mengimani seluruhnya tanpa terkecuali. Karena Al – Qur’an adalah satu kesatuan yang utuh, antara ayat satu dengan ayat lain saling bertautan, dan saling melengkapi. Dengan mengimani Al – Qur’an seperti ini, maka insya Allah akan mudah dalam mengamalkannya.
Kedua, memberikan perhatian kepada apa – apa yang ada atau yang diperhatikan oleh Al – Qur’an. Misalnya, perhatian Al – Qur’an terhadap anak – anak yatim. Banyak sekali ayat Al – Qur’an yang menyebutkan tentang anak yatim. Rasulallah SAW sendiri lahir dalam keadaan yatim. Ini menandakan bahwa anak yatim patut mendapatkan perhatian serius dari kita, dan juga dari Negara, untuk tidak menelantarkan anak – anak yatim, selain anak – anak yatim, Al – Qur’an juga memberikan perhatian kepada orang – orang miskin.
Contoh lain tentang malam lailatul qadhar yang diutarakan dalam S. Al – Qadr : 1-5, ini menandakan bahwa Al – Qur’an sangat mementingkan dan memperhatikan tentang malam qadr ini dengan perbuatan yang sia – sia. Kita harus memberikan perhatian yang penuh dengan berusaha menggapainya dan mengisinya dengan amal shalih.
Masih ada lagi perhatian Al – Qur’an terhadap thaharah (bersuci), shalat, zakat, serta puasa. Taharah diterangkan dalam Al – Qur’an hanya beberapa kali saja, contohnya dalam surat Al – Maidah : 6. Sedangkan dalam hal shalat, zakat, dan  puasa. Al – Qur’an menjelaskan adanya skala prioritas dalam pengalaman (pengajaran).
Demikianlah, dua hal yang harus kita mulai dalam mengamalkan Al – Qur’an. Yaitu di mulai dari mengimaninya secara menyeluruh, lalu memperhatikan apa – apa yang diperhatikan oleh Al – Qur’an.

Wallahu ‘A’laam


[1] Shahih Bukhari/4739
readmore »»  

Rabu, 19 Desember 2012

ASAL CINTA



Sekiranya cinta itu jelas keadaannya. Ia nampak dan terlihat jelas. Mungkin tidak akan ada yang tertipu dengan kata cinta. Sebab adakalanya mulut berkata cinta tapi hati mendustakannya. Sering pula sikap-sikap itu ditunjukkan sebagai rasa cinta. Tapi ternyata cinta kosong yang hanya wujud saat senang dan gembira. Ketika duka melanda, tiba-tiba rasa cinta hilang dan sirna seketika. Cinta semu yang berkembang saat bahagia menyapa saja. Tapi kalau susah dan sedih menimpa enggan menunjukkan tanda-tanda cinta sebenarnya.
Susahnya mengeja kata cinta. Padahal cinta itu anugrah yang mulia. Salah manusia yang menempatkan cinta hanya di bagian-bagian kesenangan dan hura-hura saja. Tak ada yang rela memberi cinta dalam keadaan luka merana. Padahal cinta itu bagian penting yang tak boleh hilang pada saat dibutuhkan. Karena cinta selalu dibutuhkan di ruang gelap atau terang. Cinta diperlukan untuk yang kaya dan yang miskin. Cinta dibutuhkan untuk siapa saja. Cinta dibutuhkan untuk segalanya.
Asal cinta itu bersumber dari-Nya. Asalkan cinta benar-benar sesuai dengan petunjuk dan aturan Allah 'Azza wa Jalla. Itulah cinta. Jangan cinta justru melawan aturan-Nya. Bahaya besar pasti menghadangnya. Hati-hati dengan cinta. Karena salah cinta, ujungnya hidup sengsara di neraka.


readmore »»  

ALQURAN DALAM HP??? BOLEH DIBAWA KE KAMAR MANDI APA TIDAK YA???



Seiring berkembangnya teknologi dan mobilitas yang sangat tajam, kini sudah sering atau bahkan kita punya handphone yang terdapat aplikasi Al-Qur’an di dalamnya. Nah permasalahannya, apakah boleh kita membawanya ke kamar mandi? Lalu bagaimana mengatasinya?
A.    MUKADDIMAH
Sebelum kita mengulas hukum membawa handphone yang di dalamnya terdapat lafadz Allah maka mari kita simak 2 point berikut :
1.     Benda yang terdapat lafadz Allah Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki sebuah cincin bertuliskan               
 " محمد رسول الله "  dan beliau melepaskan cincin tersebut jika akan masuk ke kamar mandi, hal ini berdasarkan hadits Bukhori yang diriwayatkan oleh sahabat Anas Rodhiyallahu ‘anhu :
وَقَدْ جَاءَ فِيْ حَدِيْثِ أَنَسٍ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ إذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ وَكَانَ فِيْ خَاتَمِهِ نقش مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ )البخاري)
Artinya : Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila akan masuk kamar mandi, beliau melepas cincinnya yang bertuliskan  محمد رسول الله (HR.Bukhori).
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pensucian dan penghormatan terhadap lafadz-lafadz yang terdapat di benda-benda tersebut. Sebagai orang yang mengaku sebagai umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka hendaklah kita mencontoh nabi dalam segala hal, salah satunya adalah hal ini, tidak membawa apapun yang bertuliskan lafadz Allah Ta’ala ke dalam kamar mandi. Karena nabi adalah teladan bagi kita semua.

 عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ـ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ـإنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ )رواه أحمد)

Artinya : diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (agar kalian mencontohku)” (HR. Ahmad).

Ada sebuah syair yang menyatakan :

إنَّمَا الْأُمَمُ الْأَخْلَاقِ مَا بَقِيَتْ        فَإِنْ هَمّ ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوْا

“Sekelompok umat akan dianggap (dihormati) selama mereka memiliki akhlak (adab) apabila hilang akhlak itu maka lenyap pula kedudukan mereka (sesama manusia)”
2.     Sikap kita terhadap lafadz Allah Ta’ala.
Sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu merupakan cerminan dari dirinya sendiri. Misalkan seorang atasan yang suka marah terhadap anggotanya meskipun sebenarnya masalah tersebut tidaklah besar, maka dengan mudah dia menampakkan apa yang menjadi indikator bahwa ia adalah orang yang pemarah, tidak pandai mengontrol diri, belum bisa berpikir secara jernih ,dll. Semua menjadi gambaran yang jelas dan terpampang dengan mudahnya di mata orang lain Begitu pula sikap kita terhadap lafadz-lafadz yang bertuliskan ayat-ayat Allah, jika kita saja yang mengaku muslim berani melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pelecehan terhadap lafadz-lafadz Allah, maka jangan salahkan orang-orang kafir yang berusaha menjadikan kita sebagai pengikut-pengikut mereka, melecehkan Al-quran dan merendahkan harkat serta martabat Islam. Sedangkan mari kita introspeksi diri dengan merefleksikan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kitab suci mereka, mereka selalu mengagungkan kitab sucinya, melindunginya dari orang-orang yang berusaha melecehkannya. Karena tanpa kita sadari, membawa lafadz-lafadz Allah ke tempat-tempat kotor merupakan  pelecehan yang dapat memberi dampak buruk terhadap kapabilitas kita sebagai seorang muslim di mata orang-orang kafir.

B.     AL-QUR’AN DALAM  HANDPHONE.
Aplikasi yang ada dalam handphone merupakan  perangkat lunak yang dibuat manusia. Ia merupakan suatu system yang memudahkan manusia untuk melakukan aktifitas dalam kehidupannya. Sekarang, setiap muslim mampu membawa aplikasi Al-Qur’an dalam handphone. Di mana pun dan kapan pun kita bisa mengakses aplikasi ini. Di satu sisi memang mudah dan menguntungkan, tanpa harus membawa mushaf Al-Qur’an. Namun tak lama, timbul pertanyaan : “ bagaimana kalau kita membawa handphone yang berisi aplikasi Al-Qur’an?”
Sungguh ironis memang, namun pada perangkat lunak pada handphone ini kenyataannya bukan  mushaf Al-Qur’an, ia hanya sebatas aplikasi yang membantu orang muslim dalam mengadakan nuskhah layaknya mushaf Al-Qur’an. Sehingga dengan demikian kita tidak bisa menarik hukumnya seperti hukum mushaf Al-Quran selama hal itu tidak dimaksudkan untuk pencelaan, penghinaan dan penindasan terhadap Al-Qur’an.
Dan alangkah baiknya jika kita tidak menggampangkan urusan ini dengan cara menjaga agar tidak sampai membawa ke kamar mandi atau bahkan membuka dan membacanya di dalam, na’udzubillahi min dzalik.
Lalu bagaimana seandainya jika kita sedang berada di suatu tempat yang mau tidak mau kita harus membawa handphone ini ke dalam kamar mandi agar tidak hilang? Allah ta’ala berfirman :
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ(التغابن: 16)
Artinya :
Bertaqwalah kalian kepada Allah sesuai dengan kemampuan kalian (QS. Ath-Taghobun :16)

Allah tidak pernah menyusahkan hamba-hambaNYA, islam  itu agama yang mudah. Oleh karenanya, jika memang tidak bisa diantisipasi untuk tidak membawanya ke dalam kamar mandi maka hal ini diperbolehkan, semoga Allah Ta’ala merahmati kita semua. Wallahu ta’ala a’lam

readmore »»  

Selasa, 18 Desember 2012

KECANTIKAN SEORANG WANITA



Sabda Rasulullah:“Seorang wanita dinikahi karena empat hal : karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.”(HR. bukhari, Muslim)

Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah.

Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat

Sesungguhnya cinta yang di cari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi diatas egonya.

Untuk itulah saudariku muslimah... Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan.

Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan.

Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)

Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat.

Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….!

Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab.

Saudariku… jika saat ini Allah belum mengkaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia.
readmore »»  

Minggu, 16 Desember 2012

Faktor-faktor Apakah yang Menyebabkan Manusia Tidak Mau Berpikir?



Ada banyak sebab yang menghalangi manusia untuk berpikir. Satu, atau beberapa, atau semua sebab ini dapat mencegah seseorang untuk berpikir dan memahami kebenaran. Oleh karena itu, perlu kiranya setiap orang mencari faktor-faktor yang menyebabkan mereka berada dalam kondisi yang kurang baik tersebut, dan berusaha melepaskan diri darinya. Jika tidak dilakukan, ia tidak akan mampu mengetahui realitas yang sebenarnya dari kehidupan dunia yang pada akhirnya menghantarkannya kepada kerugian besar di akhirat.
Dalam Al-Qur'an Allah memberitakan keadaan orang-orang yang terbiasa berpikir dangkal:

,يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ     وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya". (QS. Ar-Ruum, 30: 7-8)
readmore »»